Menu

Mode Gelap
Diseruduk Truk Kontainer, Pemotor Tewas di Jalur Gempol – Pasuruan Emosi Saat Disapa, Eks Napi Tantang Polisi, Begitu Diperiksa Positif Sabu dan Judi Online Kebijakan soal Pajak ‘Dikuliti’, Gubernur Khofifah Beberkan Prinsip Keadilan Fiskal Mengenal Sejarah Transportasi Kereta Api di Lumajang pada Masa Kolonial Belanda Ketua DPRD Lumajang: Keterbukaan Informasi Publik Langkah Strategis untuk Meningkatkan Transparansi dan Akuntabilitas Bupati Lumajang Siap Berikan Solusi untuk Guru non-NIP

Nasional · 19 Apr 2025 16:29 WIB

Kebijakan soal Pajak ‘Dikuliti’, Gubernur Khofifah Beberkan Prinsip Keadilan Fiskal


					BERSINERGI: Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa dan Ketua MUI Jatim, KH. M. Hasan Mutawakkil Alallah, saat acara tasyakuran MUI Jatim beberapa waktu lalu. (foto: IG muijat1m). Perbesar

BERSINERGI: Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa dan Ketua MUI Jatim, KH. M. Hasan Mutawakkil Alallah, saat acara tasyakuran MUI Jatim beberapa waktu lalu. (foto: IG muijat1m).

Surabaya,– Ditengah derasnya arus informasi di media sosial, isu penghapusan pajak kendaraan bermotor menjadi bahan perbincangan panas.

Sebagian pihak menggunakan isu ini untuk menyerang Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, dengan membandingkan kebijakan Pemprov Jatim dengan provinsi lain tanpa memahami konteks fiskal yang sebenarnya.

Padahal, keputusan Khofifah untuk tidak menghapus pokok pajak kendaraan bukanlah tanpa alasan. Di balik kebijakan itu, tersimpan prinsip keadilan fiskal dan tanggung jawab pemerintahan yang terukur.

Kalau semua dibebaskan, mereka yang taat membayar pajak bisa merasa dirugikan. Ini bisa memicu kecemburuan sosial. Kebijakan ini menunjukkan keberpihakan terhadap keadilan kolektif, bukan sekadar populisme sesaat.

Diketahui, 70 persen dari pendapatan pajak kendaraan bermotor sebenarnya disalurkan ke kabupaten/kota, dan hanya 30 persen ke provinsi. Artinya, penghapusan pajak secara total bisa berdampak langsung pada kemampuan keuangan daerah, termasuk untuk membiayai layanan publik seperti infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan.

Hal ini bukan semata-mata kebijakan Gubernur, tapi bagian dari tanggung jawab fiskal yang harus dijalankan secara proporsional dan hati-hati.

Namun, kebijakan rasional ini justru dijadikan bahan serangan politik terhadap Khofifah.

Mulai dari narasi manipulatif hingga video hoaks disebarkan untuk menjatuhkan reputasi pemimpin perempuan yang selama ini dikenal berintegritas dan visioner.

Menanggapi kondisi ini, Ketua Umum MUI Jawa Timur, KH. Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah menyampaikan seruan moral kepada masyarakat agar tidak terjebak dalam opini sesat yang dibungkus dengan kepentingan politik.

“Prestasi demi prestasi telah ditorehkan oleh pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur, Ibu Khofifah Indar Parawansa dan Bapak Emil Dardak. Tentu capaian itu harus kita syukuri bersama, karena dengan kerja keras dan sinergi yang mereka bangun, Jawa Timur berhasil mencatatkan prestasi di atas rata-rata nasional dalam berbagai bidang,” ujar Kiai Mutawakkil.

Wakil Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur ini juga menekankan bahwa keberhasilan Khofifah bukanlah hasil dari pencitraan belaka, melainkan buah dari kerja nyata.

Ia menilai terpilihnya kembali Khofifah-Emil di periode sebelumnya adalah bentuk kepercayaan rakyat atas keberlanjutan pembangunan yang telah dirasakan manfaatnya.

“Ini bukan sekadar pengulangan kepemimpinan, tapi penegasan bahwa rakyat ingin keberlanjutan atas pembangunan yang telah dirasakan manfaatnya,” ucapnya.

Ia menambahkan, tidak ada kepemimpinan yang sempurna. Tapi yang terpenting adalah adanya komitmen untuk terus memperbaiki dan merangkul seluruh elemen masyarakat.

“Dan itu telah ditunjukkan Ibu Khofifah kepemimpinan yang merangkul, bukan memukul; kepemimpinan yang melayani, bukan menyakiti,” tutur pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo ini.

Kiai Mutawakkil mengingatkan agar semua pihak, terutama tokoh masyarakat dan pengguna media sosial, tidak terjebak dalam jebakan fitnah yang bisa memecah belah persatuan.

“Jangan biarkan narasi negatif di media sosial memecah fokus dan niat baik dalam membangun Jawa Timur. Mari kita jaga etika demokrasi dan ukhuwah sosial dengan memberikan kritik yang konstruktif dan tidak menyesatkan,” imbaunya. (*)

 


Editor : Mohammad S

Publisher: Keyra


Artikel ini telah dibaca 22 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Lahan untuk Program 3 Juta Rumah di Lumajang Belum Terpetakan

14 April 2025 - 14:03 WIB

Berpacu dengan Waktu, Pemkot Probolinggo Targetkan Gelar Sekolah Rakyat Tahun ini

8 April 2025 - 18:47 WIB

Takjubnya Ahmad Dhani saat Kunjungi Jembatan Kaca Bromo, Sebut ‘Prototipe’ Surga

7 April 2025 - 22:21 WIB

Probolinggo Jadi Proyek Percontohan Sekolah Rakyat, Mensos Gus Ipul Sambangi Bupati Gus Haris

4 April 2025 - 10:40 WIB

Libur Panjang, Berikut Tips Memilih Liburan saat Lebaran

1 April 2025 - 17:30 WIB

Hari ke-6 Ramadhan, Harga Komoditas Cabai Turun, Namun Masih Dikeluhkan

6 Maret 2025 - 14:56 WIB

Sekolah Rakyat Dibuka Tahun Ini, Mensos Gus Ipul: Dimulai dari SMA

4 Maret 2025 - 18:28 WIB

Demo ‘Indonesia Gelap’ di Jember, Mahasiswa Tolak Efisiensi Anggaran

21 Februari 2025 - 20:06 WIB

Catat! Serangan Digital pada Perusahaan Media Siber Merupakan Bentuk Kekerasan terhadap Pers

21 Februari 2025 - 13:08 WIB

Trending di Nasional