Menu

Mode Gelap
Hudri Nakhodai FKUB Kota Probolinggo, Janji Rawat Harmoni Raja Sabu Kobar Dibekuk, Polres Probolinggo Kini Bidik 7 Orang Kaki Tangannya Fenomena Langka, Ada Telur Berlafaz Allah di Jember Motor Tercebur ke Sungai Bondoyudo Lumajang, Korban Belum Ditemukan Polisi Bekuk Pablo Escobar-nya Probolinggo, Sebulan Jual 2 Kg Sabu Motor ‘Cleaning Service’ BRI Leces Digondol Maling, Pelaku Ternyata Pasutri

Ekonomi · 25 Apr 2025 13:32 WIB

Kisah Yulianto, Petani Lumajang yang Berani Ambil Risiko


					Petani merugi akibat tanam ubi (Foto: Istimewa). Perbesar

Petani merugi akibat tanam ubi (Foto: Istimewa).

Lumajang, – Yulianto, petani asal Desa Karanganom, Kecamatan Pasrujambe, Kabupaten Lumajang, telah mengambil keputusan yang berani dengan menyewa lahan seluas 2,5 hektar untuk menanam ubi varietas Gatotkaca. Varietas ini merupakan hasil penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Yulianto tidak memiliki tanah sendiri, namun ia percaya bahwa ubi Gatotkaca dapat menjadi peluang bisnis yang menguntungkan.

“Pada tahun pertama, hasil panennya cukup memuaskan, dengan total produksi mencapai 40 ton per hektar dan harga jual Rp 3.500 per kilogram,” kata Yulianto, Jumat (25/4/25).

Namun, pada tahun kedua, situasi berubah drastis. Yulianto tidak dapat menjual hasil panennya karena mitra yang berjanji akan menyerap hasil panen tidak kunjung datang.

“Ubi yang seharusnya dipanen dalam waktu 4,5 bulan justru membusuk setelah 8 bulan,” ungkapnya.

Yulianto menyadari bahwa perjanjiannya dengan mitra tidak tertulis di atas kertas, melainkan hanya bermodalkan kepercayaan. “Saya berharap bahwa petani lainnya dapat belajar dari pengalamannya dan lebih berhati-hati dalam membuat keputusan bisnis,” jelasnya.

Dalam hal ini, kisah Yulianto menunjukkan bahwa keberanian mengambil risiko dapat membawa hasil yang tidak terduga. Namun, dengan pengalaman dan pelajaran yang dipetik, Yulianto berharap dapat membantu petani lainnya untuk membuat keputusan yang lebih bijak.

Menanggapi hal itu, Kepala Bidang Tanaman Pangan DKPP Lumajang, M. Arif Budiman mengatakan, masalah yang dihadapi petani ubi jalar adalah kurangnya komunikasi antara petani dan mitra, serta serapan pasar yang rendah pada bulan-bulan tertentu.

“Komunikasi yang baik antara petani dan mitra sangat penting untuk kesuksesan budidaya ubi jalar. Dengan komunikasi yang baik, petani dapat memahami kebutuhan pasar dan mitra dapat menyerap hasil panen dengan lebih efektif,” kata Arif.

Untuk meningkatkan volume hasil panen yang dapat diserap, kata Arif, pihak terkait harus berusaha untuk mencari mitra-mitra baru.

“Dengan demikian, diharapkan petani dapat memperoleh hasil yang lebih baik dan meningkatkan pendapatan mereka,” jelasnya.

Komunikasi yang baik dan serapan pasar yang efektif sangat penting untuk kesuksesan budidaya ubi jalar.

“Dengan kerja sama yang baik antara petani dan mitra, serta pencarian mitra baru, diharapkan petani dapat memperoleh hasil yang lebih baik dan meningkatkan pendapatan mereka,” pungkasnya. (*)

 


Editor: Ikhsan Mahmudi

Publisher: Keyra


Artikel ini telah dibaca 18 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Pemkot Probolinggo Mulai Persiapkan Koperasi Merah Putih, Optimis Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi

22 April 2025 - 17:03 WIB

Program Koperasi Makro Desa Dipenuhi Ketidakpastian, Diskopum Jember Tunggu Arahan

12 April 2025 - 17:57 WIB

Inflasi Jember Meroket, Faktor Tarif Listrik dan Kenaikan Bahan Pokok?

9 April 2025 - 18:07 WIB

Dukung Swasembada Pangan, Bupati Probolinggo Gus Haris Pimpin Panen Raya Padi

7 April 2025 - 18:55 WIB

Pengunjung Pantai Mbah Drajid Membeludak, Omset UMKM Meningkat

7 April 2025 - 18:23 WIB

Lahan Pertanian Padi Meningkat, Kota Probolinggo Hasilkan 8,9 Ton Per Hektar

7 April 2025 - 18:04 WIB

Kebutuhan Melonjak Menjelang Lebaran, Stok LPG di Jember Dipastikan Aman

30 Maret 2025 - 05:45 WIB

Jelang Lebaran Stok BBM dan LPG di Lumajang Dipertanyakan

26 Maret 2025 - 11:20 WIB

Berdayakan Pedagang Sayur Lokal, Pemkab Jember Luncurkan ‘Mlijo Cinta’

24 Maret 2025 - 21:37 WIB

Trending di Ekonomi