BANYUANYAR-PANTURA7.com, Getirnya hidup yang dilalui Mail (64), tak membuatnya patah arang. Warga Dusun Calpek, RT 007 RW 001, Desa Gunung Geni, Kecamatan Banyuanyar, Kabupaten Probolinggo ini, tetap tegar menapaki kehidupan rumitnya.
Sami hidup sebatangkara di rumah semi permanen berukuran 4×5 meter persegi. Untuk menyambung hidup, wanita lanjut usia ini mengandalkan hasil penjualan sapu lidi, yang penghasilannya tak menentu.
Tak hanya untuk kebutuhan makan dan minum, Mail juga menanggung biaya tagihan listrik yang dibayar sebesar Rp 5 ribu per bulan. Sebuah lampu neon yang terpasang di ruang depan rumah, cukup untuk menerangi rumah Mail yang sudah menua.
Lika-liku kehidupan Mail yang pilu, terkuak setelah komunitas Gerakan Indah Berbagi (GIB) Kabupaten Probolinggo mendatangi kediamannya, beberapa hari lalu. Komunitas ini datang karena prihatin dengan nasib Mail.
“Di umurnya yang sudah menua, ia harus menjalani kehidupan di rumah sempit tanpa sarana lengkap ditambah lagi harus bayar uang bulanan untuk bayar listrik.” kata anggota GIB, Santo, Selasa (10/11/2020).
Penderitaan Mail tak hanya itu saja, selain menghuni rumah yang sudah tidak layak ditempati, setiap harinya dia juga harus tidur di atas tanah beralas karung bekas. Padahal kondisi tubuh Mbah Mail, tak lagi sebugar dulu.
“Kebetulan dia punya penyakit asma, jadi kalau ngomong tidak begitu lancar. Mbah Mail ini tidak punya keturunan. Bantuan pemerintah, dia hanya dapat beras saja, kalau bantuan lainnya, kami belum dapat info apa-apa,” ungkap Santo.
Sementara itu, Mbah Mail menyampaikan, meski ia hidup serba kekurangan, tapi ia pantang menaruh tangan dibawah alias meminta-minta bantuan. Sebab ia yakin, rejeki sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.
“Untuk biaya makan, saya menunggu pelepah pohon kelapa jatuh, lalu saya ambil dan kumpulkan. Kalau sudah kering, saya buat sapu lidi kemudian dijual ke pasar. Hasilnya untuk beli makan dan kebutuhan sehari-hari lainnya,” tutur Mail dengan nafas tertahan. (*)
Editor : Efend Muhammad
Publisher : A. Zainullah FT