SUKAPURA-PANTURA7.com, Pandemi Covid-19 membawa dampak buruk pada mayoritas sektor kehidupan, khususnya sektor perekonomian daerah. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo berupaya menggenjot kelesuan sektor ekonomi melalui pariwisata.
Hal itu disampaikan Bupati Probolinggo, Puput Tantriana Sari saat Gathering Jurnalis memperingati Hari Pers Nasional (HPN) 2021 di Bromo Rest, Desa Sariwani, Kecamatan Sukapura, Kamis (25/2/2021).
Kegiatan itu dihadiri narasumber Suko Widodo, dosen Fisip Universitas Airlangga Surabaya. Diskusi santai di ketinggian 1.076 meter di lereng Gunung Bromo itu diikuti puluhan wartawan di Probolinggo.
Menurut bupati perempuan pertama di Probolinggo itu, dengan memperkenalkan beberapa destinasi wisata baru di Kabupaten Probolinggo bersama pegiat pers, bukan hal mustahil sektor ekonomi kembali bangkit.
“Perlu diketahui juga, pandemi Covid-19 tidak hanya memberi dampak kepada perekonomian daerah saja. Akan tetapi, teman-teman wartawan di bawah naungan PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) di Probolinggo juga ikut terdampak,” kata Tantriana.
Meski begitu, Bupati Tantriana, tak bisa menampik jika pandemi Covid-19 masih belum berakhir. Sehingga geliat wisata di Kabupaten Probolinggo belum pulih seperti sediakala.
Merebaknya informasi hoaks, juga menjadi pekerjaan rumah bersama untuk diselesaikan, termasuk oleh kalangan pers. Tujuannya, agar masyarakat mendapatkan informasi yang benar dan sehat.
“Kami harap insan pers di Kabupaten Probolinggo turut membantu pemerintah untuk melawan informasi yang tidak diketahui kejelasan sumbernya, terlebih lagi informasi itu berkaitan dengan Covid-19,” harapnya.
Sementara itu, Ketua PWI Persiapan Perwakilan Probolinggo, HA. Suyuti mengatakan, ke depannya insan pers diharapkan tidak hanya pandai dalam memberitakan sebuah isu atau permasalahan yang ada di lapangan saja.
“Akan tetapi, wartawan baik dari media online, cetak dan televisi (TV) juga harus pandai memberikan solusi dalam beritanya. Jadi tidak hanya memberitakan permasalahan yang terjadi tanpa adanya solusi,” ujar Suyuti.
Pandemi Ubah Sejarah
Dalam kesempatan yang sama, Suko Widodo dalam diskusi bertema ‘Bangkit dari Pandemi: Pers sebagai Akselarator Perubahan’ menyebut, pers di tanah air juga sangat terpukul dengan pandemi Covid-19.
“Dulu, 76 tahun silam saat Jepang kalah perang setelah Nagasaki dan Horoshima dibom, Kaisar Hirohoto mendata dan mengajak guru-guru untuk membangkitkan Jepang,” ceritanya mencontohkan.
Suko Widodo kemudian menyinggung ungkapan Bupati Tantriana yang mengajak para wartawan berperan ikut membangkitkan masyarakat akibat pandemi Covid-19 saat ini.
Perubahan sosial yang tidak direncanakan akibat Covid-19, sambungnya, menyebabkan masyarakat tidak siap menghadapi. “Bahkan pada titik tertentu sering membawa masalah yang memicu kekacauan dalam masyarakat,” katanya.
Perubahan sosial, kata Suko Widodo, harus segera diantisipasi. Hal itu, menurut lelaki ramah itu, bukan urusan pemerintah saja. “Tetapi semua elemen masyarakat,” tegas dia.
Dikatakannya, tidak mudah bagi pemerintah untuk mendiseminasikan informasi dan pengetahuan kepada warga masyarat.
“Faktanya tidak sedikit masyarakat yang ngeyel alias kekeuh dengan cara pandangnya, yang berlawanan dengan kehendak pemerintah,” ulas Sukowi, sapaan akrabnya.
Karena itu negara, sambungnya, harus melibatkan insan pers dalam diseminasi informasi yang benar kepada warganya. Soalnya, informasi hoaks terutama terkait Covid-19, banyak bersiweran di masyarakat.
“Pers punya peran besar dalam membentuk opini publik, memiliki peran sentral dalam konteks penyebarluasan informasi,” pungkas Suko Widodo. (*)
Editor : Ikhsan Mahmudi
Publisher : A. Zainullah FT