Menu

Mode Gelap
Peringatan Harjakabpro ke-279 Dikemas Sederhana, Diawali Ziarah Kubur dan Tasyakuran Tiga Bulan, Pemkot Probolinggo Vaksin 3 Ribu Ekor Sapi Pria Pembunuh Istri di Probolinggo Terancam Hukuman Mati, ini Pasal yang Diterapkan Polisi Songsong Porprov 2025, PODSI Kota Probolinggo Targetkan 6 Medali Emas Solusi Air Bersih di Lumajang: Bupati dan Walikota Probolinggo Dukung Rencana Pembangunan Infrastruktur Air Pemkot Probolinggo Segera Tata Ulang Alun-alun, Siapkan Anggaran Rp10 M

Nasional · 17 Mar 2021 15:57 WIB

Konflik Agraria Probolinggo Menguap di Kongres PMII XX


					Konflik Agraria Probolinggo Menguap di Kongres PMII XX Perbesar

PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Pengurus Cabang (PC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Probolinggo membawa misi khusus dalam kongres Pengurus Besar (PB) PMII ke XX, yang digelar di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, 17-20 Maret 2021.

Ketua Umum PC PMII Probolinggo, Solehuddin menyebut, kongres XX ini merupakan momentum tepat untuk memperjuangkan berbagai ketimpangan yang terjadi di daerah. Sebab dalam kesempatan itu, bisa dihasilkan rekomendasi untuk mengawal kaum lemah.

Kali ini, dijelaskan Solehudin, PC PMII Probolinggo bakal membawa konflik agraria yang terjadi di Desa Sumberlele, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, ke dalam forum kongres.

“Konflik penyerobotan tanah menjadi bahasan yang akan kami munculkan dalam forum dua tahunan ini, khususnya yang terjadi di Desa Sumberlele,” kata Solehudin, Rabu (17/3/21).

Dikatakan Solehudin, dugaan penyerobotan tanah yang menimpa warga Desa Sumberlele merupakan persoalan serius yang harus segera diselesaikan.

“Kaum bawah selalu menjadi korban, dan PMII ada untuk mengawal terciptanya keadilan (bagi masyarakat bawah),” tegas Solehudin.

Sementara itu, Kepala Bidang Advokasi dan Hukum PC PMII Probolinggo, Zia Ulhaq mengungkapkan, ruang hidup di wilayah Probolinggo memang rentan dialihfungsikan.

“Warga Sumberlele telah menempati lahan yang dikuasai negara (Dinas PUPR, red), namun justru diklaim oleh salah satu pemodal untuk melakukan ekspansi usaha yang menyingkirkan masyarakat,” kecamnya.

Zia menambahkan, warga Desa Sumberlele merupakan kelompok masyarakat rentan. Padahal mereka merupakan pekerja informal yang seharusnya diperhatikan nasibnya secara serius oleh pemerintah.

“Kami berharap dalam kongres kali ini mampu menemukan formula untuk merespon dan menyikapi secara serius konflik agraria itu, demi kebaikan rakyat semata,” tutur dia. (*)


Editor : Efendi Muhammad
Publisher : A. Zainullah FT


Artikel ini telah dibaca 27 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Lahan untuk Program 3 Juta Rumah di Lumajang Belum Terpetakan

14 April 2025 - 14:03 WIB

Berpacu dengan Waktu, Pemkot Probolinggo Targetkan Gelar Sekolah Rakyat Tahun ini

8 April 2025 - 18:47 WIB

Takjubnya Ahmad Dhani saat Kunjungi Jembatan Kaca Bromo, Sebut ‘Prototipe’ Surga

7 April 2025 - 22:21 WIB

Probolinggo Jadi Proyek Percontohan Sekolah Rakyat, Mensos Gus Ipul Sambangi Bupati Gus Haris

4 April 2025 - 10:40 WIB

Libur Panjang, Berikut Tips Memilih Liburan saat Lebaran

1 April 2025 - 17:30 WIB

Hari ke-6 Ramadhan, Harga Komoditas Cabai Turun, Namun Masih Dikeluhkan

6 Maret 2025 - 14:56 WIB

Sekolah Rakyat Dibuka Tahun Ini, Mensos Gus Ipul: Dimulai dari SMA

4 Maret 2025 - 18:28 WIB

Demo ‘Indonesia Gelap’ di Jember, Mahasiswa Tolak Efisiensi Anggaran

21 Februari 2025 - 20:06 WIB

Catat! Serangan Digital pada Perusahaan Media Siber Merupakan Bentuk Kekerasan terhadap Pers

21 Februari 2025 - 13:08 WIB

Trending di Nasional