KADEMANGAN,- Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat sejak tanggal 3 Juli lalu, membuat terminal Bayuangga Probolinggo mati suri. Selain kru bus, pedagang asongan juga terdampak.
Salah satu pedagang asongan asal Desa Muneng, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, Umi Kulsum (50), mengaku, sejak PPKM Darurat diperpanjang, pentol dan rokok dagangannya sepi pembeli.
Padahal, menurutnya, ia selama ini menggantungkan mata pencaharian dengan cara menjajakan pentol dan rokok ke penumpang di dalam bus maupun penumpang yang sedang transit di sekitar terminal.
“Penghasilan penjualan menurun lantaran sepinya penumpang. Selain itu, penumpang enggan membeli pentol daganngan saya meski satu plastik hanya dihargai Rp5 ribu,” keluhnya, Sabtu (24/7/21).
Ia menjelaskan, pentol yang ia jajakan bukan buatan sendiri melainkan produksi orang lain dengan sistem setor. Setiap hari, ia harus setor Rp30 ribu, sementara untuk rokok ia beli di toko lali dijual kembali.
“Saya berharap situasi kembali normal mas, agar terminal ini kembali ramai. Dengan begitu, penghasilan dari berjualan pentol dan rokok ini dapat kembali naik,” imbuhnya.
Keluhan senada disampaikan oleh pedagang topi dan masker asal Triwung Kidul, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo, Siono. Menurutnya, sejak PPKM Darurat diperpanjang, penumpang di terminal sepi, sehingga berpengaruh terhadap dagangan yang ia jajakan.
“Sehari ini barang dagangan saya hanya laku satu mas. Jika di rata-rata, dalam sehari penghasilan saya Rp20 hingga Rp30 ribu. Penghasilan tersebut tidak cukup untuk memenuhi makan keluarga,” curhat Siono.
Salah satu Staf Terminal Bayuangga, Cipto Widiyanto mengatakan, sejak PPKM Darurat Darurat diterapkan, jumlah penumpang di terminal Bayuangga turun drastis. Selain bagi penumpang jarak jauh wajib membawa surat hasil rapid dan surat vaksin, kru bus juga wajib membawa surat serupa sehingha banyak bus yang masuk tidak membawa penumpang.
“Dengan kondisi seperti ini, baik para pedagang asongan maupun kru bus tetap harus bekerja. Selain untuk operasional, mereka tetap bekerja juga untuk menghidupi keluarganya sehingga meski sepi penumpang mereka ini tetap bekerja,” ungkapnya. (*)
Editor: Efendi Muhammad
Publisher: Albafillah