Menu

Mode Gelap
Data Saksi 90 Persen Masuk, Rusdi-Shobih Klaim Unggul 65 Persen Suara Dua Cabup Lumajang Unggul Telak di TPS Masing-masing Dua Calon Wali Kota Probolinggo Unggul di TPS Masing-masing, Satu Calon Keok Kedua Calon Bupati Pasuruan Unggul di TPS Masing-masing Relawan Kotak Kosong di Kota Pasuruan Gerilya, Optimis Tumbangkan Calon Tunggal Cak Thoriq Nyoblos di TPS 02, Optimis Kembali Pimpin Lumajang

Ekonomi · 11 Des 2021 19:05 WIB

Berhenti Bekerja di Bank, Sukses Usaha Aksesoris Mutiara


					Berhenti Bekerja di Bank, Sukses Usaha Aksesoris Mutiara Perbesar

PASURUAN, – Bekerja sebagai pegawai kantoran mungkin menjadi impian dan harapan bagi sebagian orang. Namun tidak bagi Adip Fachrizal (40).

Ia memilih berhenti dari pekerjaannya sebagai pimpinan cabang salah satu bank swasta. Ia kemudian beralih menjadi perajin aksesoris yang terbuat dari mutiara Lombok.

Dibantu istrinya dan tujuh orang karyawan, warga Jalan Sultan Agung, Kelurahan Purworejo, Kecamatan Purworejo, Kota Pasuruan ini memproduksi beragam aksesoris yang terbuat dari mutiara laut dan mutiara tawar. Produknya mulai gelang, kalung, cincin, bros hijab, hingga konektor masker hijab.

Untuk mendapatkan mutiara laut dan tawar tersebut, Adip dan istrinya langsung memesan mutiara dari pembudidaya di Lombok. Untuk mutiara laut, Adip membeli dengan harga Rp300 ribu hingga Rp500 ribu per gramnya.

“Sementara untuk mutiara tawar, saya membeli dengan harga Rp50 ribu hingga Rp75 ribu per gramnya,” kata Adip.

Untuk harga jual dari aksesoris yang terbuat dari mutiara ini, Adip mematok harga berbeda-beda, sesuai dari jenis mutiara dan jenis aksesorisnya. Untuk satu bros, dijual Rp55 ribu hingga Rp100 ribu.

Untuk gelang dijual Rp 135 ribu hingga Rp 150 ribu. Sedangkan untuk cincin dijual dengan harga mulai Rp 200 ribu hingga Rp 500 ribu.

“Untuk konektor masker hijab yang dapat diubah menjadi kalung, saya jual Rp 250 ribu hingga Rp1 juta,” ujarnya.

Adib mengaku, bahwa ia tertarik menjadi perajin aksesoris setelah mengetahui istrinya banyak menerima pesanan dari teman kerjanya di bank. Dari banyaknya pesanan inilah kemudian dirinya memiliki niat untuk menekuni kerajinan aksesoris dan nekad berhenti bekerja dari bank. “Saya berhenti bekerja di bank tahun 2017,” kata Adip.

Kini, Adip pun bersyukur, karena usaha kerajinan aksesoris yang dirintisnya sejak tahun 2017 itu berkembang dan sukses hingga saat ini. Bahkan ia mampu meraup omzet sekitar Rp130-150 juta setiap bulan.

“Alhamdulillah kini penjualannya sudah hampir ke seluruh wilayah Indonesia. Mulia dari Pulau Jawa hingga ke Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan,” pungkasnya. (*)


Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Albafillah

Artikel ini telah dibaca 4 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

UMP/UMK Tahun 2025, DPC K-SPSI Usul UMK Kota Probolinggo Naik 8-10 Persen

13 November 2024 - 11:51 WIB

Bangkitkan Ekosistem Ekonomi Daerah, Polinema dan Kadin Akan Dorong SDM Lumajang

12 November 2024 - 14:31 WIB

Petani Kota Probolinggo Sukses Tanam Kubis di Dataran Rendah

9 November 2024 - 17:42 WIB

Stok Pupuk Bersubsidi di Lumajang Dipastikan Aman pada Tahun 2024

7 November 2024 - 10:28 WIB

Pertanian Lumajang Sumbang 32 Persen PDRB

6 November 2024 - 14:19 WIB

Harga Cabai Anjlok, Petani Probolinggo Harap Pemerintah Turun Tangan

1 November 2024 - 22:17 WIB

Lahan Tembakau di Lumajang Membengkak Jadi 1.220 Hektare

31 Oktober 2024 - 15:58 WIB

Modal Rp500 Ribu, Pembudidaya Kepiting Tambak Khas Pesisir Probolinggo Tembus Pasar Taiwan

30 Oktober 2024 - 21:06 WIB

Biaya Retribusi Pelaku Usaha di Lumajang Dibebaskan

21 Oktober 2024 - 12:44 WIB

Trending di Ekonomi