Krejengan,- Jika mayoritas petani di Kabupaten Probolinggo, sumringah dengan datangnya musim hujan tahun ini, tidak demikian halnya dengan perajin batu bata.
Perajin justru mengeluh lantaran produksi batu bata merosot selama musim hujan. Alhasil, pendapatan perajin pun ikut anjlok.
Seperti yang disampaikan Muhid, salah satu perajin batu bata di Desa Sumber Katimoho, Kecamatan Krejengan. Menurutnya, selama musim hujan seperti saat ini, pembuatan batu bata memakan waktu lebih panjang.
Dijelaskannya, saat cuaca bagus, proses cetak dan pengeringan batu bata cukup 2 hari saja. Namun saat, pengeringan bisa berlangsung hingga sepekan.
“Proses pencetakan lalau cuaca normal, dua hari bisa mencapai hingga 1000 biji batu bata”, ungkapnya.
Jika cuaca tidak bersahabat, lanjutnya, maka tidak hanya pencetakan, pengeringan, dan pembakaran pun bakal memakan waktu lebih lama. Alhasil, warga yang membeli saat musim hujan, harus menunggu lebih lama.
“Harga batu bata kisaran Rp 350 ribu per 1000 biji. Kalau musim hujan seperti ini, harganya naik menjadi Rp 370 ribu per 1000 biji. Saat ini, kalau hujan hingga larut malam,” ucap lelaki 43 tahun itu.
Tak hanya soal produktivitas yang anjlok saat musim hujan, kendala lain yang juga dihadapi perajin adalah mulai sempitnya lahan kosong.
Sebab saat musim hujan, lahan yang biasanya kurang produktif, ditanami oleh pemilik lahan. Belum menjamurnya bangunan baru di lahan kosong.
“Kalau dulu kan masih tidak terlalu banyak bangunan untuk daerah pedesaan, banyak lahan kosong. Kalau sekarang ya mulai susah, lahan sudah berkurang,” timpal Taufik, rekan kerja Muhid. (*)
Editor: Efendi Muhammad
Publisher: Albafillah