Probolinggo,- Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) serentak di Kabupaten Probolinggo sudah di depan mata. Sebanyak 250 desa tengah bersiap melaksanakan pesta demokrasi desa, 17 Februari 2022 besok.
Ketua Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ( PC PMII) Probolinggo, Zia Ulhaq menilai, pesta demokrasi itu mampu menjadi pendidikan politik bagi masyarakat di akar rumput. Percaturan politik tingkat desa diharapkan berjalan demokratis.
Menurutnya, pemilih dapat menggunakan hak pilihnya dengan bebas, aman, dan rahasia. “Memilih pemimpin yang akan menahkodai desa, menggunakan hati nurani dan akal sehat,” papar Yayak, sapaan akrabnya.
Yayak menyebut, momen demokrasi itu harus disikapi secara dewasa, sehingga tercipta suasana yang kondusif dan damai. Selain itu, pihak aparat keamanan harus mampu menjaga kelancaran pilkades serentak 2022 ini.
“Pasalnya beberapa waktu lalu ada teror bom bondet yang dialami salah satu warga Desa Gerongan, Kecamatan Maron, ini tidak boleh terjadi,” pintanya.
“Dalam pelaksanaan pilkades serentak tahun ini, kami harap ada pengawalan secara intens dari Polres Probolinggo untuk menciptakan pilkades aman dan damai,” Yayak menambahkan.
Mengutip pernyataan yang pernah disampaikan Almarhum KH. Abdurrahman Wahid, Yayak berpesan, bahwa yang lebih tinggi dari politik adalah kemanusiaan.
“Itu sebabnya, dia berharap agar masyarakat turur serta menjaga demokratisasi yang ideal. Kontribusi masyarakat, lebih-lebih pemuda desa, itu sangat penting,” urai Yayak.
Ia mencontohkan budaya money politic. Hal itu setidaknya mampu diatasi dengan kesadaran berpolitik para masyarakat, pemuda, dan mahasiswa. “Harus hadir di tengah-tengah keberlangsungan pilkades,” ujarnya.
Yayak menilai bahwa pilkades ini amat menentukan kemajuan desa, yang notabene merupakan pondasi negara. Jika tata nilai desa terbangun, maka Indonesia akan tetap terjaga secara kebudayaan dan kesejahteraannya.
“Desa, bagi kami adalah lumbung dari segala aspek. Baik aspek pangan, kemanusiaan dan kebudayaan. Nilai-nilai itulah uang harus dijaga dan dirawat,” Yayak menegaskan.
Jangan sampai karena perbedaan pilihan dalam pilkades, imbuhnya, nilai-nilai luhur itu luntur. “Seperti kata Bung Hatta, Indonesia tidak akan bercahaya dengan obor besar di Jakarta, tetapi akan bercahaya dengan lilin-lilin yang ada di desa.” Ia memungkasi. (*)
Editor: Efendi Muhammad
Publisher: Albafillah