Probolinggo – Tradisi petolekoran (27 Ramadhan) di kalangan warga Pulau Giliketapang, Kabupaten Probolinggo banyak dimanfaatkan pemilik usaha transportasi untuk mengais rezeki. Pada petolekoran tahun ini, puluhan tukang becak dan perahu penyeberangan Giliketapag-Probolinggo bisa meraup rezeki.
Sejak pagi, puluhan becak, becak motor, hingga motor roda tiga sudah terparkir di dermaga penyeberangan Tanjung Tembaga, Probolinggo. Melihat perahu penyeberangan yang mengangkut warga Giliketapang mulai merapat ke dermaga, sontak beberapa pemilik becak motor menawarkan jasanya.
Tak ayal, warga Giliketapang yang datang rombongan ini langsung memakai jasanya. Untuk sekali jalan dari Pelabuhan Tanjung Tembaga menuju GM atau KDS, pemilik becak motor mematok tarif Rp20 ribu.
“Alhamdulillah, pada tradisi Petolekoran ini saya bisa 10 kali lebih memuat warga Gili yang akan berbelanja. Berbeda lagi dengan saat warga Giliketapang yang akan balik, jika di total, dalam sehari saya dapat memuat 15 hingga 17 kali,” ujar Mahmud, pemilik becak motor, warga Jalan HOS Tjokroaminoto.
Tak hanya pemilik becak yang ketiban rezeki, pemilik perahu penyeberangan juga demikian. Pada Petolekoran kali ini, sekitar 40 perahu penyeberangan mengangkut warga Giliketapang.
Dengan tarif Rp8 ribu per orang, sebuah perahu dapat memuat 30-50 orang sekali angkut. Namun, perahu-perahu ini saat Petolekoran rata-rata setiap kapal dapat mengangkut warga dua sampai empat kali.
“Saat momen inilah biasanya pemilik perahu penyeberangan ketiban rezeki. Yakni, sekitar 20 hingga 40 perahu penyeberangan memuat warga Gili Ketapang yang hendak ke Kota Probolinggo untuk berbelanjar,” ujar Koordinator Paguyupan Perahu Penyeberangan Giliketapang, Suryono. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Zainul Hasan R.