Probolinggo – Menjadi petani memang butuh perjuangan. Namun perjuangan petani asal Kecamatan Maron, Kabupaten Proboljnggo ini patut diacungi jempol.
Bangkrut menjadi petani cabai, ia kemudian beralih menjadi petani pepaya yang mengantarkannya meraup ratusan juta.
Abdul Hamid (34), warga Dusun Sukun, Desa Pegalangan, Kecamatan Maron sejak enam tahun lalu telah menggeluti dunia pertanian. Sebelum menanam pepaya, ia mencoba peruntungan menanam cabai. Namun beberapa kali percobaan tanaman cabainya selalu gagal.
Melihat tanaman cabainya gagal, Hamid kemudian pada tahun 2017 lalu, menanam pepaya di lahan miliknya tersebut. Hasilnya, 12 hektar lahan yang ditanami pepaya tersebut membuahkan hasil.
Dua jenis tanaman pepaya dengan merk dagang, California dan Thailand tersebut berhasil ia kembangkan. Untuk sekali panen, buah pepaya yang dihasilkan mencapai tujuh ton lebih.
“Perawatan tanaman pepaya ini cukup mudah. Bibit tanaman pepaya ditanam dan disiram, serta dipupuk hingga berusia lima bulan, namun tetap harus ada pengawasan terhadap tanaman ini,” ujar Hamid.
Untuk harga, dua jenis pepaya tersebut Rp4-6 ribu per kilogram (kg). Selain itu saat panen, dua jenis pepaya ini sudah dipesan oleh tengkulak. Para tengkulak tersebut akan memasarkan baik untuk pasar ekspor maupun untuk pasar lokal, baik waralaba maupun pabrik.
“Alhamdulillah, jika dihitung, dalam setahun, keuntungan mencapai sekitar Rp600 juta. Keuntungan tersebut sebagian saya belikan tanah lagi di sekitar kebun saya, jadi total kebun pepaya saya mencapai 25 hektar,” imbuhnya.
Sementara, salah satu tengkulak buah pepaya, Sulistari mengatakan, ia langganan mengambil pepaya dari kebun milik Hamid, karena kualitas buah bagus, serta cocok untuk pasar ekspor.
“Biasanya pepaya yang saya beli dari kebun milik Pak Hamid ini saya setor ke pabrik untuk bahan baku saos. Sebagian saya jual ke pasar, itupun masih belum mencukupi permintaan,” ujarnya. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Zainul Hasan R.