Menu

Mode Gelap
Ditinggal Bepergian, Rumah dan Dapur Warga di Kota Probolinggo Ludes Terbakar Karyawati Eratex Kena Begal di Maron, Motor Dirampas 174 Warga Kota Probolinggo Bakal Naik Haji, Diminta Segera Lunasi BPIH Memalukan! Sekelompok Pria Pesta Miras di Area Stadion Gelora Merdeka Kraksaan Sebelum Bunuh Istri, Suami di Probolinggo Minta ‘Jatah’ ke Korban Pemkot Pasuruan Ajukan Lima Raperda, Ini Isinya

Ekonomi · 24 Sep 2022 18:50 WIB

Harga Kedelai Meroket, Produsen Tempe Kelimpungan


					Harga Kedelai Meroket, Produsen Tempe Kelimpungan Perbesar

Kraksaan,- Harga kedelai di Kabupaten Probolinggo akhir-akhir ini merangkak naik. Hal itu membuat sejumlah produsen tempe dan tahu kelimpungan.

Seperti yang diungkapkan seorang produsen tempe di Desa Bulu, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, Abdillah (32). Menurutnya, harga kedelai yang mulanya sekitar Rp10 ribu per kilogram (Kg), kini naik menjadi Rp13 ribu/kg.

“Naik sudah sejak dua hari lalu. Pertamanya itu naik Rp1.000, tetapi kemarin itu saya kulak kedelai sudah naik lagi sampai Rp13 ribu/Kg,” terang Abdillah, Sabtu (24/9/22).

Menurutnya, mahalnya harga kedelai itu membuatnya serba kesusahan. Sebab sebelumnya, harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sudah naik.

“Dua sektor terpenting dalam ekonomi saya sekarang sama-sama mahal, jadi ya semakin kesulitan dengan keadaan seperti ini. Bensin buat operasional sudah mahal, ditambah bahan pokok usaha juga mahal, pusing saya,” keluhnya.

Dijelaskan Abdillah, ia menggunakan kedelai impor karena kualitasnya lebih bagus dibanding kedelai lokal. Dalam sehari, ia membutuhkan 2 ton kedelai sebagai bahan baku produksi tempe.

“Kalau pakai kedelai lokal, kualitasnya lebih jelek, tidak mengembang. Rasanya juga memang lebih enak kedelai impor,” terangnya.

Hal serupa juga sampaikan M. Thoif (31), perajin tempe asl Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo. Ia terpaksa pun menaikkan harga jual tempe hasil produksnya agar tidak rugi.

“Ya kalau tidak dinaikkan harga tempenya, saya bisa bangkrut. Harga bahan pokoknya sudah naik, kalau saya tetap di harga lama ya tidak bisa produksi lagi,” ujarnya. (*)

Editor: Efendi Muhammad
Publisher: Zainul Hasan R

Artikel ini telah dibaca 2 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Program Koperasi Makro Desa Dipenuhi Ketidakpastian, Diskopum Jember Tunggu Arahan

12 April 2025 - 17:57 WIB

Inflasi Jember Meroket, Faktor Tarif Listrik dan Kenaikan Bahan Pokok?

9 April 2025 - 18:07 WIB

Dukung Swasembada Pangan, Bupati Probolinggo Gus Haris Pimpin Panen Raya Padi

7 April 2025 - 18:55 WIB

Pengunjung Pantai Mbah Drajid Membeludak, Omset UMKM Meningkat

7 April 2025 - 18:23 WIB

Lahan Pertanian Padi Meningkat, Kota Probolinggo Hasilkan 8,9 Ton Per Hektar

7 April 2025 - 18:04 WIB

Kebutuhan Melonjak Menjelang Lebaran, Stok LPG di Jember Dipastikan Aman

30 Maret 2025 - 05:45 WIB

Jelang Lebaran Stok BBM dan LPG di Lumajang Dipertanyakan

26 Maret 2025 - 11:20 WIB

Berdayakan Pedagang Sayur Lokal, Pemkab Jember Luncurkan ‘Mlijo Cinta’

24 Maret 2025 - 21:37 WIB

Menjelang Idul Fitri, Harga Bahan Pokok di Lumajang Naik

23 Maret 2025 - 16:25 WIB

Trending di Ekonomi