Menu

Mode Gelap
Atasi Krisis Air Bersih di Desa Sumberkramat Tongas, Polisi Bangun 4 Sumur Bor Program Koperasi Makro Desa Dipenuhi Ketidakpastian, Diskopum Jember Tunggu Arahan Asyik Belanja di Toko, Motor Perempuan Muda di Kota Probolinggo Raib Polisi Bekuk Pelaku Premanisme di Proyek Strategis Nasional di Kawasan PIER Songsong Porprov 2025, KONI Kota Probolinggo Siapkan 34 Cabor Maling Kambing di Lumajang Tertangkap, Motornya Dibakar

Pemerintahan · 21 Nov 2022 18:12 WIB

Bocah Stunting di Lumajang Tertinggi ke-4 di Jawa Timur


					Bocah Stunting di Lumajang Tertinggi ke-4 di Jawa Timur Perbesar

Lumajang,- Bocah penderita stunting (gangguan perkembangan pada anak yang disebabkan gizi buruk) di Kabupaten Lumajang cukup tinggi. Angkanya bahkan tertinggi ke 4 di Jawa Timur.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Lumajang, dr. Bayu Wibowo Ignasius menyebut, sejak tahun 2021 angka stunting di Lumajang mencapai 30 persen. Jumlah itu sejatinya menurun 4 persen dari tahun 2019 yang angkanya 34 persen.

“Diharapkan ada percepatan penurunan angka stunting di Lumajang. Sebab, pada tahun 2019 angka stunting mencapai 34 persen. Di tahun 2021, angka stunting di Lumajang menurun menjadi 30 persen. Sudah menurun meski masih tinggi, ya termasuk nomer 4 di Jawa Timur,” kata Bayu, Senin (21/11/22).

Menurut dia, secara angka, stunting di Kabupaten Lumajang terus menurun. Misalnya pada tahun 2021, jumlahnya turun 4 persen dari tahun sebelumnya. Sementara untuk tahun ini angkanya belum keluar.

“Untuk tahun 2022, proses survei masih tahap finalisasi, sehingga belum keluar angka resminya. Namun info sementara turun cukup signifikan,” imbuhnya.

Menurut Bayu, ada beberapa variabel yang didasarkan pengukuran untuk dikatakan anak masuk kategori stunting. Sementara anak dengan postur pendek atau kecil belum tentu masuk stunting.

Dijelasnya, ada faktor lain seperti terhambatnya tumbuh kembang dan stagnansi tubuh lainnya sehingga anak tersebut dikatakan stunting.

“Anak dengan stunting menjadi masalah gagal tumbuh dan berkembang sehingga ke depan tidak bisa menjadi sumberdaya pembangunan yang diandalkan,” ia menambahkan.

Kondisi ini, lanjut Bayu, akibat kekurangan gizi jangka panjang. Bisa jadi sebelum ibu hamil, bahkan sejak remaja putri sudah mengalami kekurangan gizi.

“Terutama kekurangan sek darah merah atau anemia,” terang Bayu.

Bayu melanjutkan, anak stunting sebagian besar akibat kekurangan zat besi dan protein hewani. Menurutnya, remaja yang mengalami anemia cukup bervariasi, antara 20 sampai 40 persen.

“Hal ini diakibatkan oleh perilaku makan dan pemenuhan gizi yang kurang, seperti sayur, susu, protein hewani, ikan, telur, dan daging,” Bayu memungkasi. (*)

Editor: Efendi Muhammad
Publisher: Zainul Hasan R

Artikel ini telah dibaca 14 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Pemkab Jember Luncurkan UHC Prioritas, Seluruh Warga Kini Bisa Berobat Gratis

10 April 2025 - 22:31 WIB

Rotasi Jabatan di Polres Pasuruan, dari Wakapolres hingga Kapolsek Winongan Berganti

10 April 2025 - 17:36 WIB

Lima Pejabat Fungsional Dilantik, Diminta Tetap Jaga Sikap

10 April 2025 - 15:12 WIB

Bagus! Tidak Ada Pejabat Pemkab Probolinggo Terima Gratifikasi Lebaran

9 April 2025 - 20:58 WIB

Duh! 18 ASN Pemkab Probolinggo Mangkir di Hari Pertama Kerja Pasca Lebaran

8 April 2025 - 19:47 WIB

Hari Pertama Kerja Pasca Lebaran, Pemkab Probolinggo Siapkan Sanksi bagi ASN Bolos

8 April 2025 - 08:06 WIB

Bunda Indah Akan Penuhi Alat Pertanian Modern Bagi Petani di Lumajang

7 April 2025 - 21:13 WIB

Ada SE MenPANRB, Pemkab Probolinggo Tetap Wajibkan Pegawai Masuk Kerja

7 April 2025 - 16:54 WIB

Jaga Tubuh Tetap Bugar, ini Tips Memilih Makanan saat Lebaran

30 Maret 2025 - 14:35 WIB

Trending di Kesehatan