Probolinggo – Mariatul Kibtiyah (13) saat ini duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan baru mencapai kelas VII. Semangatnya untuk mengenyam pendidikan tidak surut meski dalam kondisi sakit.
Setahun yang lalu, pada saat duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), ia mengalami sakit yang cukup serius. Warga Dusun Karangrejo, Desa Pajarakan Kulon, Kecamatan Pajarakan tersebut didiagnosa mengalami kanker tulang.
“Tidak tahu juga awalnya bagaimana, adik ini mengeluh sakit di bagian lututnya. Pas diperiksa didiagnosa mengalami kanker tulang, saat itu masih kelas VI SD,” kata kakaknya, Robiatul Adawiyah, Kamis (9/2/2023).
Pihak keluarga pun kaget dengan sakit yang dialami adiknya itu. Segala uapaya perobatan terus dilakukan demi menyembuhkan penyakit sang adik. Sejumlah rumah sakit dan sejumlah dokter telah menangani penyakit adiknya itu, namun kesembuhan yang ditunggu-tunggu tak kunjung datang.
“Kalau berobat sudah sering sekali, sampai sekarang masih berobat,” katanya.
Tak hanya berobat jalan, keluarga sudah beberapa kali membawa Mariatull untuk mengikuti kemoterapi ke Rumah Sakit dr. Soetomo, Surabaya sesuai dengan rujukan para dokter setempat. Namun, penyakitnya itu masih belum menemukan kesembuhan.
“Sudah empat kali kemo, sekali kemo itu bisa empat hari bisa lebih,” ujarnya.
Meski segala upaya telah dilakukan, penyakit dari Mariatul menjadi semakin parah semenjak tiga bulan terakhir. Di bawah lutut kirinya, kini muncul benjolan. Namun perjuangan keluarga untuk menyembuhkan adiknya itu tak pernah surut.
“Selama tiga bulan terakhir, sakitnya semakin parah, akhirnya saat ini harus kontrol dua kali dalam seminggu ke RS Soetomo,” paparnya.
Tak dapat dipungkiri, dengan perobatan yang sering dilakukan, kondisi keuangan keluarga menjadi terganggu. Namun hal tersebut tidak menjadi alasan untuk tidak terus berikhtiar demi kesembuhan Mariatul.
“Dari awal mandiri biayanya, tapi sekarang kondisinya sudah jauh berbeda, kami mengharapkan bantuan dari donatur untuk biaya berobat adik saya,” ujarnya.
Perempuan yang akrab disapa Robi ini pun menyebut, dengan kondisi keluarga yang mulai kekurangan untuk biaya pperobatan, akhirnya keluarganya pun memutuskan untuk menggalang donasi.
Informasinya disebar di sejumlah media sosial.
“Baru lima hari yang lalu diviralkan, karena keluarga sudah kekurangan untuk biaya berobat,” katanya.
Ia juga mengungkapkan, sejatinya biaya berobat di Rumah Sakit Soetomo gratis, karena keluarganya terdaftar dalam Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Namun, dengan jarak yang cukup jauh jadwal berobat yang cukup padat ke Surabaya tentu membutuhkan dana trnspostasi yang cukup banyak.
“Berobatnya gratis, tapi kan mobil kami sewa, karena kami tidak punya mobil sendiri. Sekali jalan Rp500 ribu, lain makannya. Dan ini seminggu dua kali,” katanya.
Sejauh ini, baru dari donatur swasta yang memberikan bantuan ke keluarganya. Ke depan, ia berharap ada peran pemerintah dalam membantu membiayai perobatan adiknya itu.
“Sejauh ini belum ada kalau dari pemerintah, namun informasinya pihak desa besok mau ke rumah,” paparnya.
Sementara itu, Siti Sholeha salah seorang donatur mengatakan, mendapatii kabar tersebut, ia merasa sangat iba. Sakit yang dialami Mariatul tergoolong cukup berat untuk anak yang baru berusia belasan tahun. Ia pun mencoba memberikan sedikit rezekinya demi membantu biaya berobat Mariatul.
“Tidak tega dengan sakitnya, saya bantu meski tidak seberapa. Saya juga hubungi sejumlah teman saya untuk ikut membantu, karena keluarganya bukan dari kalangan ekonomi menengah ke atas. Alhamdulillah cukup banyak yang respon,” ujarnuya. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Zainul Hasan R.