Pasuruan,- Produksi garam di Kota Pasuruan mengalami penurunan drastis dalam beberapa tahun terakhir, tak terkecuali Tahun 2023 ini. Perubahan iklim disebut sebagai penyebab utama turunnya produksi garam
Kepala Dinas Perikanan Kota Pasuruan, Mualif Arief, mengungkapkan, produksi garam di wilayah ini telah mengalami penurunan yang signifikan dalam empat tahun terakhir.
Pada tahun 2019, produksi garam mencapai 10.044 ton per tahun. Namun, tahun berikutnya, yaitu pada tahun 2020, jumlah tersebut turun menjadi 6.668 ton per tahun.
Tidak hanya itu, pada tahun 2021, produksi garam kembali mengalami penurunan tajam hingga separuh dari tahun sebelumnya. Hanya sebanyak 3.317 ton garam yang berhasil diproduksi di Kota Pasuruan sepanjang tahun tersebut.
Tren negatif ini berlanjut pada tahun 2022, di mana produksi garam hanya mencapai angka 982 ton per tahun.
Mualif Arief menyatakan, faktor cuaca yang tidak menentu menjadi penyebab utama anjloknya produksi garam. Para petani garam di kawasan ini sangat bergantung pada panas matahari dalam produksi garam.
“Petani mengandalkan sinar matahari. Namun, jika cuaca tak menentu, tentu bisa mengganggu proses produksi garam,” kata kata Mualif, Senin (17/07/2023).
Salah satu petani garam di Kelurahan / Kecamatan Panggungrejo, Mustain (43), membenarkan bahwa perubahan iklim telah mempengaruhi produksi garam di wilayahnya.
Mustain menjelaskan, jika cuaca cerah dan panas, ia bisa menghasilkan empat hingga lima ton garam dari satu petak tambak garam yang ia kelola dalam sekali panen.
Namun, saat cuaca tidak menentu, seperti sering terjadi mendung saat musim kemarau, maka hasil produksi menurun drastis menjadi hanya tiga atau dua ton saja.
“Untungnya sekarang harga garam masih bagus, jadi meski produksinya sedikit masih bisa dapat penghasilan,” ungkap Mustain. (*)
Editor Mohamad S
Publisher Zainul Hasan R