Probolinggo,- Musim kemarau yang masih berlangsung, sangat mendukung produksi garam di wilayah Kabupaten Probolinggo. Dalam sepekan, berton-ton garam dapat dipanen.
“Satu petak dengan ukuran 12×50 itu biasanya dapat enam ton, sekarang bisa sembilan ton dalam seminggu,” kata Suparyono, petani garam asal Desa Kalibuntu, Kecamatan Kraksaan, Senin (13/11/23).
Namun dengan produksi garam yang melimpah, garam justru mengalami penurunan harga. Dalam periode yang sama dengan tahun lalu, harga garam saat ini terbilang cukup anjlok.
“Tahun lalu itu sampai Rp 5 ribu per kilonya. Sekarang hanya Rp 1.200,” ujar mengeluh.
Bukan hanya perbandingan dengan tahun sebelumnya, dengan bulan lalu harga garam juga turun. Oktober lalu, harga garam masih menyentuh angka Rp 1.500 per kilogramnya.
Menurutnya ada beberapa faktor yang membuat harga garam terus turun, salah satunya produksi yang meningkat karena tidak adanya hambatan hujan.
Namun, lebih dari itu, faktor utama menurutnya ialah adanya ekspansi penjualan garam Madura ke Jawa.
“Jadi yang ngerusak harga itu garam Madura, coba di Suramadu itu dikenakan retribusi kan enak attau kalau tidak ada retribusi, kami berharap Jembatan Suramadu itu roboh,” ucapnya seraya berkelakar.
Kabid Perikanan Tangkap Dinas Perikanan (Diskan) Kabupaten Probolinggo, Hari Pur Sulistiyono menjelaskan, saat ini memang merupakan puncak produksi garam. Dalam beberapa waktu terakhir, terdapat tambahan 2.932,9 ton garam.
“Targetnya tahun ini 12 ribu ton, dengan tambahan itu total produksi sudah sampai akhir September lalu mencapai 8.470,71 ton,” katanya.
Sementara terkait harga, menurutnya Rp 1.200 per kilogram sudah terbilang bagus. Sebab, Harga Pokok Produksi (HPP) garam berkisar Rp 350-400 per kilogramnya.
“Sudah bagus harganya, kalau terlalu tinggi, nanti akan berdampak ke keluhan konsumen seperti ibu-ibu untuk kebutuhan dapur,” ujarnya. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Moch. Rochim