Probolinggo,- Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Probolinggo mengimbau kepada para calon dan tim pemenangan calon Pemilu 2024, untuk tidak menggunakan politik identitas. Sebab, politik identitas dinilai akan merusak kerukunan dalam bermasyarakat.
Sekretaris MUI Kabupaten Probolinggo, Yasin mengatakan, sebagai warga negara yang baik dan sebagai pemeluk agama yang baik, memang tak seharusnya menjual agama demi kepentingan politik.
“Politik identitas dan modalitas politik itu hal yang berbeda, yang baik itu adalah modalitas politik. Kalau politik identitas, justru membuat tidak baik bagi agama,” katanya, Senin (4/12/2023).
Ia juga menyebut, politik identitas juga mengancam persatuan pemeluk agama yang sama. Sebab, dalam politik identitas, banyak ayat-ayat kitab suci yang digunakan untuk kampanye.
“Contohnya menggunakan ayat suci al-Quran dalam kampanye, ayatnya itu ditafsirkan sesuai dengan seleranya, akhirnya bisa memecah belah,” ujarnya.
Tak hanya kerusakan bagi agama, politik identitas juga akan mengancam kehidupan berbangsa. Sebab, secara tidak langsung, kelompok yang menggunakan politik identitas akan mendiskreditkan kelompok lainnya.
“Suku, agama, ras, dan kelompok itu memang alamiah adanya, tapi kita kan Bhineka Tunggal Ika. Harus saling menghargai antar kelompok,” paparnya Yasin. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Moch. Rocim