Lumajang,- Tingginya harga cabai rawit di pasaran tak dapat dinikmati oleh kebanyakan petani di Kabupaten Lumajang. Pasalnya, banyak tanaman cabai yang terkena penyakit busuk buah sehingga petani gagal panen.
Informasi yang dihimpun jurnalis PANTURA7.com, harga cabai rawit di sejumlah pasar tradisional Lumajang mencapai Rp85.000 ribu per kilogram (Kg).
Harga cabai rawit yang selangit ini sudah berlangsung dalam sepekan terakhir. Apesnya, saat harga meroket, tanaman cabai petani justru kena penyakit.
Petani cabai rawit di Desa Randuagung, Kecamatan Randuagung, Kabupaten Lumajang, Rofik (36) menyebut, cuaca ekstrim cenderung hujan di Kabupaten Lumajang, menjadi penyebab tanaman cabai milik petani rentan diserang hama.
Hal ini membuat biaya perawatan tanaman cabai rawit membengkak untuk biaya pemupukan dan insektisida hingga pembersihan gulma.
“Dengan serangan hama tersebut, saya harus merogoh kocek hingga dua kali lipat setiap perawatan untuk tanaman cabai rawit,” kata Rofik saat dikonfirmasi, Rabu (31/7/24).
Estimasinya, jika cuaca normal dalam arti panas dan hujan seimbang, biaya perawatan satu tanaman cabai dalam satu periode tanam sekitar Rp10 ribu.
“Pada cuaca ekstrim ini, biaya perawatan bisa membengkak, menjadi Rp 10 ribu per satu pohon. Nah, ini yang membuat petani kelimpungan meski saat ini harga cabai rawit mahal,” ujarnya.
Jika luasan tanam cabai mencapai 1.500 meter persegi dengan 1.600 pohon, maka dipastikan biaya perawatan dalam satu periode tanam sangat mahal.
“Ini yang membuat petani seharusnya untung, justru panen raya kali ini buntung,” ujarnya.
Biaya yang membengkak, lanjutnya, disebabkan perawatan yang lebih intens. Paling tidak tiga hari sekali, dilakukan penyemprotan insektisida.
Ia menjelaskan, tanaman yang berusia 3 bulan harusnya sudah berbuah. Namun serangan hama berupa kutu daun dan thrips tabaci, membuat pertumbuhan tanaman cabai rawit terganggu.
“Puncak daun kriting, mudah rontok juga, bahkan tanaman menjadi sulit pertumbuhannya. Kebanyakan yang saya alami, banyak tanaman yang mati,” jelasnya.
Kabid Hortikultura Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Lumajang Hendra menjelaskan, hama yang menyerang tanaman cabai tergantung kondisi tanamannya.
Menurutnya, meski harga cabai rawit mahal, namun perawatannya cukup susah. Hama cabai memang sering dijumpai di persawahan milik petani.
“Seperti hama trips, kutu daun apids, kutu daun persik, tungau, kutu kebul, lalat buah dan ulat grayak. Trips, apids, dan tungau merupakan pembawa penyakit keriting yang disebabkan oleh virus,” papar dia.
Terkait fenomena hama, ia menghimbau agar petani tidak secara acak memberikan perawatan serta penyemprotan yang tidak menentu.
“Petani nyemprotnya asal-asalan, tanpa melihat situasi dan kondisi seperti tepat waktu, tepat dosis dan tepat pengapliasiannya,” ia memungkasi. (*)
Editor: Mohammad S
Publisher: Moch. Rochim