Probolinggo – Tamiya atau mini 4WD merupakan permainan mobil dengan baterai yang populer pada tahun 2000-an. Namun siapa sangka, saat ini permainan yang membutuhkan keterampilan merakit mobil kembali bangkit dan digemari banyak orang.
Sejak beberapa tahun terakhir, permainan Tamiya mulai muncul dan digemari oleh para pemuda, tak terkecuali di Kota Probolinggo. Pengemar Tamiya muncul dari segala kelompok umur sejak permainan ini masuk ke Ikatan Motor Indonesia (IMI).
Salah satu lokasi arena Tamiya di Kota Probolinggo adalah Distrik Mini 4WD di Jalan Ikan Kerapu, Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Mayangan. Jadwal latihan bersama berlangsung Rabu malam (18/09/25), dan selalu ramai para racer.
Berbeda dengan Tamiya yang ngetren pada tahun 2000-an, saat ini, para pemain diatur oleh regulasi yang dikeluarkan oleh IMI. Regulasi diperuntukkan bagi part, atau suku cadang yang diperbolehkan dipasang pada Tamiya saat perlombaan.
Ada banyak kelas yang diatur oleh regulasi, namun kelas yang populer di Indonesia hanya 3 kelas yakni kelas Standar Tamia Box (STB), Kelas Damper, dan Kelas Standar Tamiya Original (STO).
“Jadi dengan adanya regulasi ini, asas keadilan para pemain dijunjung tinggi dari pada regulasi Tamiya jaman dahulu. Dengan regulasi ini pemain baru maupun lama bisa sama-sama bersaing, tergantung keterampilan memasang part pada Tamiya,” ujar pemilik arena Tamiya Distrik, yang juga pencetus Tamiya di Kota Probolinggo, Gilang Agung Prabowo.
Agung mengungkapkan, dengan regulasi ini pemain tidak harus menggunakan suku cadang dari merek Tamiya saja. Namun diperbolehkan menggunakan suku cadang replika hasil produksi UMKM lokal.
Di Probolinggo, terdapat total 75 player atau racer Tamiya, baik yang tergabung dalam tim atau perorangan, dengan tingkat keaktifan 60 hingga 70 persen. Sisanya kadang datang, sebagian absen karena kesibukan.
“Alhamdulillah, Kota Probolinggo berhasil mengirim 2 atletnya mewakili Jawa Timur pada ajang PON 2024, meskipun gugur di babak kedua, namun menjadi kebanggan tersendiri bagi Kota Probolinggo,” bebernya.
Di Indonesia dari 3 kelas yang dilupakan, tetapi hanya dua kelas yang favorit yakni Kelas Damper dan Open. Di Kelas Open, pemain dibolehkan mengoprek Tamiya dengan part asli produknya.
Sementara pada Kelas Damper pemain tidak boleh mengoprek tamiya, part atau suku cadang yang ada tinggal pasang.
“Biaya jika kelas open menggunakan suku cadang ori bisa sampai Rp.2 jingga Rp5 juta. Biaya kelas damper dengan suku cadang ori atau replika Rp. 800 ribu, hingga Rp. 1,5 Juta,” imbuhnya.
Salah satu pemain Tamiya asal Kelurahan Jati, Nabila (16) mengatakan, ia mulai bermain Tamiya ini sejak kelas 5 SD. Awalnya sejak TK ia sering diajak oleh ayahnya yang juga pemain tamiya.
“Saya tertarik bermain tamiya karena asik dan juga seneng saat membuka bagia -bagian tamiya. Tentunya jadi tahu nama-nama setiap part tamiya,” cetusnya.
Nabila mengaku bahwa tangannya pernah terluka saat hendak menangkap tamiya di lintasan. Namun saat ini hal tersebut sudah lumrah.
“Selama bermain tamiya, total 5 kali ikut perlombaan. Alhamdulillah pernah menjadi juara dalam ikut perlombaan tersebut,” imbuh Nabila bangga. (*)
Editor: Mohamad S
Publisher: Keyra