Menu

Mode Gelap
Tiga Kecamatan di Lereng Gunung Semeru, Lumajang Hujan Abu Baru Dibangun, Jembatan Darurat di Semboro Krejengan Kembali Diterjang Banjir Dinilai Inovatif, Kedutaan Australia dan Kemendikdasmen Tinjau Penerapan Kelas Rangkap di Lereng Bromo Bermain di Sungai, Dua Bocah di Desa Tongas Kulon Ditemukan Tewas Gardu Listrik di Sekitar Alun-alun Lumajang Meledak KPU Tetapkan Amin-Ina sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Probolinggo Terpilih

Pendidikan · 7 Feb 2025 07:56 WIB

Dinilai Inovatif, Kedutaan Australia dan Kemendikdasmen Tinjau Penerapan Kelas Rangkap di Lereng Bromo


					TINJAU: Tim Kedutaan Australia dan Kemendikdasmen saat meninjau kelas multigrade di SDN Ngadisari, Sukapura, Probolinggo. (foto: Istimewa) Perbesar

TINJAU: Tim Kedutaan Australia dan Kemendikdasmen saat meninjau kelas multigrade di SDN Ngadisari, Sukapura, Probolinggo. (foto: Istimewa)

Probolinggo,- Minister Counsellor for Governance and Human Development (GHD) Kedutaan Australia Tim Stapleton bersama Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) RI, tinjau SDN Ngadisari 1 Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Kamis (6/2/2025).

Kunjungan ini turut dihadiri oleh Plt Kepala Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikdasmen Republik Indonesia Toni Toharudin, Direktur Sekolah Dasar Kemendikdasmen RI Moch. Salim Somad dan Program Direktur INOVASI Jakarta Mark Heyward.

Kehadiran Tim Stapleton bersama rombongan disambut dengan antusias oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikdaya) Kabupaten Probolinggo Dwijoko Nurjayadi bersama tokoh masyarakat Tengger Supoyo serta pengawas, kepala sekolah dan guru di Kecamatan Sukapura.

Sebelum menuju SDN Ngadisari 1, tim terlebih dahulu melakukan kunjungan ke SDN Wonokerto II yang juga menerapkan program kelas multigrade. Kunjungan ini bertujuan untuk melihat praktik pembelajaran dengan pendekatan kelas rangkap yang melibatkan pembelajaran berdiferensiasi, penguatan literasi, numerasi dan pemanfaatan buku bacaan anak.

Di SDN Ngadisari 1, Tim Stapleton bersama rombongan menyaksikan langsung bagaimana proses pembelajaran kelas multigrade dilakukan serta interaksi antara guru dan murid dalam membentuk kelompok belajar tetap bisa terlaksana dengan aktif meskipun mereka berbeda jenjang di satu kelas.

Penerapan sistem kelas multigrade ini bertujuan untuk mengoptimalkan proses belajar mengajar, terutama di daerah dengan keterbatasan jumlah guru dan ruang kelas. Program ini sudah lama diterapkan di negara-negara lain, termasuk juga di Australia dan dianggap sebagai solusi inovatif untuk mengatasi kekurangan sumber daya pendidikan.

Dalam kesempatan tersebut juga dilakukan diskusi refleksi praktik baik pembelajaran di Kabupaten Probolinggo dengan pengawas, kepala sekolah, guru, orang tua murid dari sekolah di kawasan lereng Gunung Bromo.

Tim Stapleton menyampaikan rasa senangnya dapat melihat langsung penerapan kelas multigrade di Indonesia. Menurutnya, kerjasama antara Pemerintah Australia-Indonesia yang terwujud dalam program INOVASI berfokus pada mendorong peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.

“Kelas multigrade adalah sistem yang sudah diterapkan di banyak negara, termasuk Australia. Bahkan, saat saya SD, saya juga pernah belajar di kelas dengan sistem seperti ini. Ini sebagai solusi untuk mengatasi tantangan terkait kekurangan jumlah guru di banyak sekolah di Indonesia,” katanya.

Tim Stapleton menambahkan program ini merupakan bentuk komitmen kerjasama Australia-Indonesia dalam mendukung Indonesia untuk mendorong peningkatan kualitas pendidikan, khususnya di Kabupaten Probolinggo.

“Pendekatan inovatif ini sangat bermanfaat di daerah yang mengalami kekurangan tenaga pendidik, memastikan bahwa para siswa tetap dapat belajar secara efektif meskipun dengan keterbatasan sumber daya. Program kelas multigrade di Kabupaten Probolinggo adalah contoh nyata dari kemitraan pendidikan antara Pemerintah Australia-Indonesia yang terbaik, menunjukkan bagaimana kita dapat berkolaborasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerah terpencil,” terangnya.

Sementara Plt Kepala BSKAP Kemendikdasmen RI Toni Toharudin mengungkapkan apresiasinya terhadap program kelas multigrade yang diterapkan di Kabupaten Probolinggo. Pendekatan ini sangat relevan untuk daerah-daerah yang kekurangan guru dengan jumlah murid sedikit, terutama di wilayah terpencil.

“Kelas multigrade ini memberikan peluang bagi siswa untuk belajar secara lebih interaktif dan meningkatkan hubungan sosial antar kelas. Ini juga memungkinkan siswa yang lebih senior untuk membantu adik-adiknya di kelas yang lebih rendah, yang sangat bermanfaat dalam pengembangan keterampilan sosial mereka,” ujarnya.

Toni juga menyoroti pentingnya kualitas pengajaran yang harus dapat memenuhi kebutuhan siswa di berbagai kelas dalam satu ruang. “Guru harus mampu mengelola kelas dengan baik dan melaksanakan pembelajaran untuk berbagai kelompok usia dan memastikan semua siswa mendapatkan perhatian yang sesuai,” tambahnya.

Menurut Toni, mungkin program multigrade teaching ini sudah dilakukan di daerah-daerah terpencil, tetapi mungkin secara substansi harus diluruskan tentang multigrade teaching ini.

“Program multigrade teaching ini mungkin bisa diterapkan di daerah terpencil dan perkotaan yang siswa dan siswinya sedikit dan kekurangan guru. Tetapi untuk dilakukan secara nasional, maka unsur standar-standar yang ada harus ada perubahan. Dari standar isi, standar pengelolaan maupun standar proses pembelajaran itu juga harus ada terhadap multigrade. Saya kira untuk diterapkan secara nasional hal ini sangat baik,” tegasnya.

Sedangkan Kepala Disdikdaya Kabupaten Probolinggo Dwijoko Nurjayadi mengungkapkan penerapan kelas multigrade di Kabupaten Probolinggo dimulai pada tahun 2018 di Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura.

“Dengan latar belakang jumlah siswa yang terbatas, kurangnya ruang kelas dan keterbatasan jumlah guru, para guru di Desa Ngadisari ini merancang solusi dengan menggabungkan kelas-kelas yang ada. Sebagai contoh, kelas 1 dan 2 digabung, begitu juga dengan kelas 3 dan 4 serta kelas 5 dan 6,” ungkapnya.

Joko menerangkan langkah ini berhasil meningkatkan semangat belajar siswa dan memberikan dampak positif yang cukup besar. “Sejak tahun 2018, kami telah menerapkan kelas multigrade di 8 sekolah. Kini, jumlah sekolah yang menerapkan sistem ini telah berkembang pesat mencapai 160 satuan pendidikan. Ini menunjukkan betapa efektifnya program ini dalam meningkatkan kualitas pendidikan meskipun dengan keterbatasan sumber daya,” jelasnya.

Lebih lanjut Joko menjelaskan kelas multigrade telah terbukti sangat efektif dalam hal penggunaan jumlah guru yang lebih efisien. “Dengan kelas multigrade, hanya dibutuhkan sekitar tiga orang guru per sekolah. Berbeda dengan sistem reguler yang membutuhkan lebih banyak guru.

Hal ini tentunya sangat membantu mengatasi kekurangan guru yang ada di Kabupaten Probolinggo. Tapi di Kabupaten Probolinggo tidak semua sekolah menerapkan kelas multigrade karena melihat kondisi dan situasi di masing-masing satuan pendidikan,” pungkasnya. (*)


Editor: Mohammad S

Publisher: Keyra


Artikel ini telah dibaca 32 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Tenaga Guru di Lumajang Bakal Diberhentikan Secara Permanen

6 Februari 2025 - 16:35 WIB

Pemkot Probolinggo Bolehkan ‘Outing Class’, Namun dengan Syarat Begini

1 Februari 2025 - 12:49 WIB

Pemkab Probolinggo Larang ‘Outing Class’, Segera Sebar Surat Edaran

30 Januari 2025 - 18:33 WIB

Ada SEB, Libur Sekolah Sebulan Penuh selama Ramadhan Dibatalkan

27 Januari 2025 - 16:28 WIB

Siap-siap! Makan Bergizi Gratis di Kota Probolinggo Bakal Sasar 30 Ribu Siswa

13 Januari 2025 - 17:43 WIB

Sebanyak 1.739 Siswa di Lumajang Putus Sekolah

14 November 2024 - 16:25 WIB

Cegah Terulangnya Kasus Supriyani, Kejaksaan Negeri Kabupaten Pasuruan Siap Dampingi Guru

5 November 2024 - 16:14 WIB

Cegah Perundungan, Kejaksaan Negeri Kota Probolinggo Masifkan Pendidikan Hukum ke Pelajar

7 Oktober 2024 - 16:49 WIB

Tingkatan IPM dan Kesejahteraan, Guru Madrasah se-Kabupaten Probolinggo Sepakat Menangkan Gus Haris – Ra Fahmi

7 September 2024 - 20:48 WIB

Trending di Pendidikan