Lumajang, – Sebelum meraih kemerdekaan, Indonesia pernah dijajah sejumlah bangsa dan salah satunya adalah Belanda. Belanda diyakini secara luas telah menjajah Indonesia selama 350 tahun. Penjajahan Belanda pun meluas.
Hingga pada suatu ketika, Belanda tiba di Lumajang dan menyebutnya sebagai Oosterlnrijk van Java atau Kerajaan Timur Jawa. Hal itu dikarenakan Lumajang memiliki kemiripan topografi Austria, sebuah negara kecil yang berada di tengah Eropa.
Selain terkenal dengan wisata alam yang sangat estetik, Lumajang sering disebut sebagai Kota Pisang. Bagaimana tidak, sebuah Kabupaten yang berada di Jawa Timur ini memiliki hamparan perkebunan hijau yang subur dengan pohon pisang.
Tepatnya Pisang Mas Kirana. Inilah komoditas unggulan Lumajang yang tengah dilirik oleh pasar dunia. Pisang ini berbentuk mungil dan bercita rasa manis yang khas.
Pisang jenis itu berhasil menembus pasar internasional, membawa nama Lumajang ke panggung global. Selain menjadi kebanggaan masyarakat lokal, pisang itu menjadi simbol kekuatan produk agrikultur Indonesia yang mendunia.
Tidak berhenti sampai di situ, Pisang Mas Kirana juga terpilih sebagai salah satu produk dalam inisiatif One Country One Priority Product (OCOP), sebuah program yang diinisiasi oleh Food and Agriculture Organization (FAO).
Program itu bertujuan untuk mengangkat produk agrikultur unik dari seluruh dunia yang memiliki potensi ekonomi dan keberlanjutan.
Bahkan, Pisang Mas Kirana pernah mewakili Indonesia dalam Peluncuran Regional FAO dan Lokakarya Implementasi Proyek Negara OCOP di Asia-Pasifik yang diadakan di Tiongkok pada 2024.
Untuk itu, Kepala Bidang Hortikultura DKPP Kabupaten Lumajang, Hendra Suwandaru, mengatakan, penyakit layu fusarium menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan produksi Pisang Mas Kirana.
“Penyakit layu fusarium memang menjadi tantangan utama bagi petani. Namun, kami telah menyiapkan solusi dengan memanfaatkan agensia hayati untuk meningkatkan daya tahan tanaman serta mengubah pola budidaya agar lebih adaptif,” kata Hendra saat dikonfirmasi, Minggu (9/2/25).
Untuk menjaga kestabilan tanaman Pisang Mas Kirana, Hendra mengajak petani pisang untuk berinovasi dengan pendekatan ramah lingkungan.
“Penggunaan agensia hayati seperti, mikroorganisme pengendali hayati, diyakini mampu mengurangi dampak penyakit tanpa mengganggu keseimbangan ekosistem,” ungkapnya.
Selain itu, pihaknya terus melakukan pendampingan kepada petani agar lebih memahami teknik pencegahan serta pengelolaan lahan yang lebih baik.
“Upaya ini diharapkan dapat membantu petani dalam menghadapi serangan penyakit serta meningkatkan produktivitas Pisang Mas Kirana,” pungkasnya. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Keyra