Probolinggo,- Pelayanan RSUD Waluyo Jati Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, dikeluhkan warga. Keluhan datang dari keluarga Farida (69) warga Kelurahan Patokan, Kecamatan Kraksaan.
Anak pertama Farida, Usman (48), menceritakan pengalaman tidak menyenangkan keluarganya saat menjalani perawatan medis di rumah sakit milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo itu.
Awalnya, ibunya masuk ke RSUD Waluyo Jati pada 2 Februari lalu menggunakan jalur umum karen tak memiliki kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Karena selama dua hari tak ada perkembangan berarti, ia kemudian meminta surat rujukan ke rumah sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang atau RSUD dr. Soetomo Surabaya.
“Namun kata (RSUD) Waluyo Jati, baik RSSA Saiful Anwar Malang atau RSUD dr. Soetomo Surabaya, itu kamarnya sama-sama penuh, jadi tidak dibuatkan rujukan,” kata Usman, Senin (24/2/25).
Lantaran tak berhasil mendapatkan rujukan, ibunya tetap dirawat di RSUD Waluyo Jati. Sempat ibunya dirontgen dada dan discan kepala, namun hasilnya tetap tidak memuaskan.
Selama 15 hari ibunya dirawat di RSUD Waluyo Jati Kraksaan, tidak ada perkembangan berarti. Dirinya pun terus meminta agar ibunya segera dirujuk. “Akhirnya saya buat BPJS,’ imbuh Usman.
Ternyata, setelah BPJS Kesehatan dimiliki ibunya, tak berselang lama surat rujukan ke RSSA Anwar Malang diberikan oleh pihak RSUD Waluyo Jati Kraksaan.
Bahkan, ibunya dilarikan ke Saiful Anwar ketika tengah malam. “Tanggal 20 Februari dibawa ke Malang, dan BPJS-nya hanya dihitung dua hari di RSUD Waluyo Jati,” papar dia.
Ia pun merasa kecewa kepada rumah sakit plat merah itu. Sebab, ibunya baru mendapatkan rujukan setelah mempunyai BPJS Kesehatan.
Di sisi lain, ia harus membayar Rp 30 juta lebih atas perawatan ibunya di RSUD Waluyo Jati Kraksaan selama 15 harian lebih.
“Ini bukan tentang uang, tetapi pelayanan, karena RSSA Saiful Anwar Malang bilang tidak ada koordinasi sama sekali terkait kondisi ibu saya sebelumnya, yang bilang kamar penuh itu bohong,” tudingnya.
Ia berharap, RSUD Waluyo Jati Kraksaan berbenah dalam memberikan pelayanan. Sehingga tidak ada pasien lain yang menjadi korban buruknya pelayanan kesehatan di rumah sakit yang notabene beroperasi dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
“Kondisi ibu saya sekarang darurat di Malang. Pihak RSSA Saiful Anwar bilang ada keterlambatan penanganan sehingga kondisi ibu saya semakin parah,” Usman memungkasi. (*)
Editor: Mohammad S
Publisher: Keyra