Menu

Mode Gelap
Bupati Lumajang Siapkan 6 Hektar Lahan untuk Lokasi Sekolah Rakyat Libur Panjang, Berikut Tips Memilih Liburan saat Lebaran Baru Saja Surut, Banjir Kembali Rendam Bandaran, Winongan Selisih Sehari dengan Pemerintah, Jamaah Aboge di Leces Shalat Idul Fitri Hari Ini Warga Winongan Rayakan Lebaran di Tengah Sisa Genangan Banjir Kado Lebaran, 507 Warga Binaan Lapas Kelas II Probolinggo Dapat Remisi

Budaya · 28 Mar 2025 15:28 WIB

Sebelum Mengarak Ogoh-ogoh, Umat Hindu di Lumajang Gelar Upacara Tawur Agung Kesanga


					Upacara Tawur Agung Kesanga digelar di Pura Mandhara Giri Semeru Agung, Lumajang. Perbesar

Upacara Tawur Agung Kesanga digelar di Pura Mandhara Giri Semeru Agung, Lumajang.

Lumajang, – Tawur Agung Kesanga menyimpan sejarah dan nilai tradisi kental yang berkaitan dengan pelaksanaan Hari Raya Nyepi.

Tawur Agung Kesanga sendiri memiliki makna yang mendalam bagi para umat Hindu. Pasalnya upacara yang dilaksanakan pada tengah hari itu bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan alam dan lingkungan.

Kegiatan ini, dilakukan sehari sebelum Nyepi.  Umat Hindu melaksanakan upacara Tawur Agung, tepatnya pada Tilem sasi (bulan) Kesanga (kesembilan).

Setelah ditelusuri lebih dalam, Tawur sendiri memiliki makna untuk membayar atau mengembalikan yaitu, mengembalikan sari-sari alam yang telah digunakan manusia.

Sari-sari alam itu dikembalikan melalui upacara Tawur yang dipersembahkan kepada para Butha, dengan tujuan agar para Bhuta tidak mengganggu manusia sehingga bisa hidup secara harmonis.

Sedangkan, filosofi Tawur adalah agar manusia selalu ingat akan posisi dan jati dirinya, agar selalu menjaga keseimbangan dengan Tuhan, sesama manusia dan alam lingkungan.

Hal itu disampaikan oleh Pengurus Harian Pura Mandhara Giri Semeru Agung, Wira Dharma, di Desa Senduro, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jumat (28/3/25).

“Acara ini sebagai rangkaian Nyepi, jadi namanya Tawur. Umat Hindu melakukan upacara Tawur Kesanga bertujuan untuk keseimbangan alam semesta, kedamaian, ketentraman di alam beserta isinya,” kata Wira Dharma, Jumat (28/3/25).

Usai upacara Tawur Agung Kesanga ini, ia berharap pelepasan bhuta kala yang menjadi simbol kejahatan dapat melepas unsur jahat di Kabupaten Lumajang, agar yang tersisa hanya kebaikan.

“Jadi nanti setelah acara ini ada pengarakan ogoh-ogoh lambang bhuta kala. Tujuannya agar para bhuta kala yang sering mengganggu umat manusia musnah sehingga tercipta kondisi aman, tentram, sejahtera. Pelepasan ogoh-ogohnya nanti malam tepatnya pada pukul 19.30 WIB,” pungkasnya. (*)

 


Editor: Ikhsan Mahmudi

Publisher: Keyra


Artikel ini telah dibaca 36 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Mengenal Ogoh- ogoh, Tradisi Menjelang Hari Raya Nyepi

29 Maret 2025 - 02:24 WIB

Pawai Ogoh-ogoh Meriah di Lumajang, Wujud Toleransi Menjelang Nyepi dan Lebaran

29 Maret 2025 - 02:06 WIB

Jahat Dan Rakus, Sosok Rahwana Dibuat Untuk Pawai Ogoh – Ogoh di Lumajang

17 Maret 2025 - 14:10 WIB

Festival MPS Kembali Digelar di Genggong, Ajang Adu Kreatifitas sekaligus Pelestarian Budaya Lokal

8 Maret 2025 - 08:49 WIB

Festival Seribu Sego Takir Sambut Hari Jadi Lumajang ke-769

31 Desember 2024 - 06:58 WIB

Hari Raya Kuningan, Mohon Perlindungan dan Keselamatan di Alam Semesta

5 Oktober 2024 - 16:33 WIB

Umat Hindu Tengger Sembahyang Hari Raya Kuningan di Pura Mandhara Giri Semeru Agung

5 Oktober 2024 - 13:25 WIB

Warga Desa Darungan Lumajang Berebut Tiga Gunungan Hasil Bumi dan 1.000 Ketan

29 September 2024 - 15:25 WIB

Ratusan Warga Lumajang Berebut Empat Gunungan

19 September 2024 - 15:15 WIB

Trending di Budaya